Peran Komunitas Dalam (Membunuh) Suatu Game

Riellzz
3 min readMar 27, 2024

--

Perkumpulan orang yang melakukan atau membicarakan suatu hal secara aktif atau yang biasa disebut komunitas, adalah hal yang amat penting bagi hampir seluruh brand di dunia. Terlepas hal itu adalah brand fashion, kendaraan, novel, komik, dan tentu saja video game. Meskipun memiliki artian luas, nyatanya kita akan lebih sering melihat sebuah komunitas yang bergerak dan berfokus pada hal berbau game di Indonesia.

Komunitas ini biasanya datang dari beberapa judul game online alias multipemain yang memiliki cakupan luas terhadap pasar game mereka. Komunitas game sendiri bisa datang dari berbagai genre game, seperti racing, adventure, mmo, fps, dan banyak lagi. Kehadiran komunitas pada suatu game bisa dibilang sangat berpengaruh kepada arah pengembangan serta konten yang akan ditawarkan selama game tersebut berjalan.

Walaupun komunitas ini bersifat sangat penting bagi game yang dihinggapi, nyatanya tidak semua komunitas game itu berjalan sebagaimana mestinya, terutama sikap orang-orang yang tergabung di komunitas tadi kepada pemain baru. Jika sebuah komunitas biasanya akan memberikan masukan atau tutorial jika ada pemain baru yang sedang dalam tahap pemahaman suatu game, beberapa komunitas tidak melakukannya. Alih-alih membantu para pemain baru, mereka justru menyela para pemain yang dianggap tidak bisa bermain tadi seolah tidak menerima kehadiran mereka.

Komunitas seperti itu biasa juga disebut komunitas toxic oleh para gamer karena sikap mereka yang tidak memiliki etika serta seringkali berbicara dengan kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan. Komunitas seperti inilah yang sering kali membuat sebuah kenyamanan orang-orang dalam bermain game hilang bahkan sampai pada titik rage quit. Tapi penasaran nggak sih kenapa mereka bisa bersikap begitu?

Siklus hidup sebuah game terutama game berbasis online adalah dengan melakukan regenerasi pemain, yang artinya game tersebut memerlukan adanya pemain baru yang memainkan game tersebut. Para pemain baru ini tidak jarang dianggap sebagai benih emas yang terkadang akan menghabiskan banyak uang untuk item di dalam game. Makanya banyak game yang memberikan banyak hadiah atau gift melimpah kepada pemain baru, contohnya seperti hadiah login, gratis hero, gratis gacha, item rare, dll.

Hal seperti itu dilakukan para dev agar pemain baru merasa nyaman dan juga betah menghabiskan waktu bermain yang lama. Karena jika para pemain sudah merasa nyaman akan suatu game, kemungkinan mereka untuk mengeluarkan uang asli untuk membeli digital currency atau top-up juga semakin besar. Dan sudah menjadi rahasia umum kalau pendapatan terbesar dari game online adalah pembelian item melalui digital currency (seperti diamond dan lainnya) oleh para pemainnya.

Sehingga kedatangan pemain baru bisa sangat berharga bagi game dan dev itu sendiri. Disinilah pentingnya peran para komunitas dalam memberi arahan dan merangkul para pemain. Dengan hal seperti itu, kenapa masih ada saja komunitas game yang toxic? Komunitas toxic biasanya lahir dari prilaku para pemainnya, faktor paling umum dan sering terjadi adalah kebanyakan komunitas suatu game diisi oleh anak-anak belum cukup umur, perilaku seperti chat kasar dan troll kebanyakan memang berasal dari para pemain bocah yang belum semestinya bermain game tersebut.

Sebut saja beberapa Fortnite yang kerap kali melakukan ban akun terhadap perilaku troll yang berkeliaran, dan setelah diselidiki memang benar kalau kebanyakan aksi troll dan toxic kedapatan dilakukan oleh para bocah yang belum seharusnya memainkan game tersebut. Selain itu, penyebab sebuah komunitas berjalan toxic adalah ulah pemain game itu sendiri. Dalam hal ini mereka adalah para pemain lama yang sudah menghabiskan waktu ribuan jam dalam playhour mereka.

Sehingga kedatangan para pemain baru seringkali mereka anggap sebagai beban dan hanya orang yang tidak paham cara bermain. Komunitas seperti ini sangatlah merugikan developer dan game itu sendiri. Bukan hanya angka pendapatan yang berkurang melainkan keberlangsungan game tersebut juga ikut terancam.

Contoh paling akurat dalam kasus seperti ini adalah kematian Vainglory beberapa tahun lalu, Vainglory yang awalnya ramai peminat secara perlahan terus kehilangan pemain mereka. Hal ini tidak lain adalah ulah para komunitas toxic yang merasa kalau diri mereka lebih senior, mereka yang lebih dulu bermain, dan menganggap pemain baru sebagai beban yang akan mengganggu game mereka.

Namun pada hasilnya, tingkah senioritas dan toxic seperti ini hanya membuat Vainglory kehilangan banyak pemain, sampai pihak developer dalam hal ini Super Evil Megacorp terang-terangan meninggalkan gamenya dan membiarkan Vainglory hidup sebagai dead game.

--

--

Riellzz
Riellzz

Written by Riellzz

0 Followers

Documenting journey of learning.

No responses yet